Memahami Sinonim dalam Penerjemahan

Memeriksa sinonim dan alternatif (induksi) Tak banyak yang bisa dikatakan tentang aktivasi retikular secara induktif maupun deduktif: keduanya sangat lazim, sangat biasa, sehingga nyaris tidak dirasakan penerjemah yang sehari-hari sangat mengandalkan keduanya. Bentuk paling umum pendekatan induktif untuk suatu masalah yang muncul adalah memeriksa sinonim di dalam ingatan: kata yang "pas" tidak langsung muncul di dalam ingatan, sehingga penerjemah segera menyusuri daftar kemungkinan yang paling mungkin di dalam ingatan.

Seperti yang telah dikemukakan di sepanjang buku ini, penerjemah cenderung menghimpun daftar semacam itu, Mereka adalah orang-orang yang tak hanya mampu memberikan Anda definisi untuk kata-kata seperti "deleterious", "synergistic", atau "fulgurated", tetapi juga sanggup menyebutkan dengan cepat dan mudah sejumlah sinonim umum untuk tiap-tiap kata. Penerjemah memahami, barangkali lebih dari siapapun, bahwa tidak pernah ada sinonim yang sempurna dalam satu bahasa, apalagi di antara dua bahasa yang berbeda. Karena itu, inilah arti pentingnya mengumpulkan banyak sinonim umum untuk setiap bidang semantis yang pernah muncul dan menyimpannya di dalam ingatan, siap untuk dipanggil dan diperbandingkan sewaktu-waktu bila diperlukan.

Penerjemah melewatkan sepanjang hidupnya untuk memperhatikan bahasa, senantiasa ingin mengisi celah-celah kosong pada daftarnya atau menambahi daftar yang sudah melimpah-ruah, karena tahu bahwa suatu saat mungkin ia memerlukan setiap kata yang pernah disimpannya.

Terkadang daftar ingatan ini secara sistematis disimpan pada database pribadi atau database perusahaan untuk akses yang cepat dan dapat diandalkan. Daftar ingatan ini merupakan salah satu proses induktif penting dalam menghimpun pengalaman-pengalaman semantis yang digunakan penerjemah manakala kebiasaan tidak berhasil -ketika program autopilot berhenti berfungsi dan mereka harus berpindah ke program "manual". Tetapi masih ada lagi proses induktif lainnya: daftar ingatan tentang prinsip prinsip etika ("Haruskah saya membetulkan yang ini?"

"Haruskah saya memberitahu agen jasa penerjemah tentang masalah ini?"), praktek bisnis yang baik ("Saya tidak dapat menyelesaikannya sesuai deadline, apa yang harus saya lakukan?" "Saya benar-benar perlu biaya ekstra untuk mengerjakan ini, tetapi seberapa besarnya, dan bagaimana saya harus mengatakannya?"), kepercayaan moral ("Apakah saya sungguh-sungguh ingin mengerjakan terjemahan untuk pabrik senjata, perusahaan rokok, kelompok neo-Na zi?"), dan sebagainya.

Dalam setiap persoalan, masalah yang dihadapi terlalu rumit untuk diselesaikan dengan kebiasaan secara bawah-sadar tanpa analisis, sehingga penerjemah berganti metode menjadi analisis secara sadar dan mulai memilah kembali melalui lapisan-lapisan induktif pengalaman, menyelidiki pola-pola, menyamakan dan membedakan, dan menerapkan pada dirinya sendiri pada beberapa kasus, untuk pertama kalinya-prinsip prinsip yang tampaknya muncul dari keteraturan itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *